Kamis, 10 November 2016

Sinopsis Novel Laskar Pelangi

    Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ yang mencoba memperbaiki masa depan mereka.

    SD Muhammadiyah (sekolah penulis ini), tampak begitu rapuh dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.

    Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor.

    Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo berassehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.

    Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.

    Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.

    Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.

    Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia. 

    Belitong kembali dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengekploitasi tanah leluhurnya.

    Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. 

    Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana.
    Banyak hal-hal inspiratif yang dimunculkan buku ini. Buku ini memberikan contoh dan membesarkan hati. Buku ini memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kemiskinan dapat diubah menjadi kekuatan, keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan pendidikan bermutu memiliki definisi dan dimensi yang sangat luas. Paling tidak laskar pelangi dan sekolah miskin Muhamaddiyah menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat sama sekali tak berhubungan dengan fasilitas. Terakhir cerita laskar pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

Rabu, 09 November 2016

Sinopsis Tukang Pijat Keliling Part I


      Tokoh utama dalam cerita pendek ini bernama Darko. Profesinya sebagai seorang tukang pijak memungkinkannya berkeliling dan bertemu dengan banyak orang di kampung yang sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Sikapnya yang sederhana, ramah, tulus, homoris, tidak membeda-bedakan dalam memberi pelayanan membuatnya disenangi dan kerjanya membawa berkat baginya. Semula warga tidak mengetahui asal usul dan tempat tinggalnya. Belakangan warga mengetahui Darko datang dari pekuburan. Ia tinggal di sebuah gubuk tempat menyimpan keranda, gentong, serta peralatan penguburan lainnya. Mengetahui ia menempati gubuk di pekuburan, banyak warga memintanya untuk nginap saja di masjid. 

      Darko menolak dengan alasan masjid itu tidak lama lagi akan mengalami nasib buruk, dibongkar. Memang benar apa yang dikatakan Darko karena seminggu kemudian Pak Lurah memindahkan masjid itu ke tengah pemukiman warga dengan alasan agar lebih dekat, dan agar banyak jemaat yang datang ke masjid. Alasan pemindahan masjid oleh Lurah itu ternyata karena ia ingin lahan itu dijual kepada pengusaha asing yang akan membuka usaha. Peristiwa inilah yang membuat warga percaya bahwa Darko selain berketerampilan memijat juga berkemampuan meramalkan sesuatu.

      Tak mengherankan ketika ia berkeliling banyak orang datang kepadanya bukan sekadar meminta dipijat tetapi ingin mendapatkan ramalan tentang nasib kehidupan mereka. Kurit, seorang petani bawang meminta Darko meramalkan nasibnya. Darko dengan rendah hati menolak karena dia hanya bisa mijat dan tidak bisa meramal. Pada akhirnya Darko terpaksa melayani keingina Kurit yang mau mengetahui nasibnya. Darko hanya berpesan kepada Kurit agar tetap merawat pertaniannya karena rezeki akan terus membuntuti. Kurit membenarkan ucapan Darko. Bawang merah yang dipanennya lebih besar dan segar daripada hasil panen sebelumnya. Bertepatan dengan naiknya harga bawang. Dengan meluap-luap Kurit menceritakan kejelian Darko membaca nasib seseorang kepada siapa saja yang dijumpainya.

      Kisah serupa juga dialami Talim karena apa yang dikatakan Darko kepadanya bahwa akan datang seorang putri kecil pembawa rezeki terbukti ketika Talim dianugerahi bayi perempuan yang sehat dari rahim sitrinya. Kemudian Surtini seorang perawan yang lama menantikan jodoh pernah diingatkan Darko bahwa masa penantiannya akan segera berakhir. Ini terbukti ketika Surtini mendapat lamaran seorang duda dari kampung tetatngga. Demikian juga Tarsip sangat bergembira karena usaha peternakan ayamnya berhasil sesuai dengan apa yang dikatakan Darko sebelumnya. Semua kisah keberhasilan ramalan Darko ini tampaknya tersiar luas di kalangan masyarakat. Pak Lurah juga merasa penasaran dan inginkan Darko bisa datang memijatnya sekaligus bisa meramalkan sesuatu bagi Pak Lurah. 

      Darko yang diundang ke rumah Pak Lurah diminta bantuannya untuk meramalkan angka-angka yang akan keluarga untuk nomor togel. Darko menolak permintaan Pak Lurah dan sambil menyampaikan bahwa dirinya bukan peramal melainkan tukang pijat. Pak Lurah tampaknya terus mendesaknya sehinga dengan terpaksa Darko menyebutkan saja secara acak dan jelas beberapa angka dan Pak Lurah mencatat sebagai angka untuk mengisi togel. Beberapa hari kemudian Pak Lurah merasa dipermainkan Darko karena tidak ada satu angkapun yang cocok dengan yang diumumkan pengusaha togel. Pak Lurah yang telah mengisi sedemikian banyak merasa diakali Darko. Beberapa hari setelah Darko diundang ke rumah Pak Lurah, warga tidak lagi menjumpai Darko berkeliling memjat warga. Warga mempertanyakan keberadaan Darko yang tampaknya menghilang. 

       Menjelang beberapa hari kemudian, warga diperintahkan Pak Lurah untuk membongkar gubuk tempat penyimpanan peralatan penguburan orang mati yang sebelumnya ditempati Darko. Lokasinya harus dipindahkan ke tengah perkampungan. Alasan Pak Lurah yang disampaikan kepada warganya hanya satu yaitu ingin memperluas area pekuburan yang semakin sempit. Ketika warga mendatangi kuburan untuk membongkar gubuk itu, mereka tidak menemukan Darko di sana. Mereka pun semakin yakin akan kemampuan Darko meramalkan apa yang akan terjadi.


_Semoga Bermanfaat Yaaa_