Salah Pilih
Judul
Buku : Salah Pilih
Nama pengarang : Nur St. Iskandar
Penerbit, Cetakan Ke- : Balai Pustaka, 27
Cetakan pertama : 1928
Jumlah Halaman : viii + 262 halaman
Nama pengarang : Nur St. Iskandar
Penerbit, Cetakan Ke- : Balai Pustaka, 27
Cetakan pertama : 1928
Jumlah Halaman : viii + 262 halaman
Sinopsis
Di sebuah tempat bernama Sungaibatang, Maninjau, Suku Minang, Sumatera barat,
tinggal sebuah keluarga yang terdiri atas seorang ibu, seorang anak laki-laki
dan seorang lagi perempuan, serta seorang pembantu. Ibu itu bernama Mariati, si
lelaki, Asri, dan yang perempuan, Asnah. Sementara pembantu itu bernama Liah
dan dua anak itu biasa memanggilnya Mak Cik Lia. Keluarga itu saling mengasihi
satu sama lain sekalipun dengan si pembantu dan Asnah yang bukan anak kandung
Bu Mariati, mereka tidak peduli dengan hal tersebut. Asnah pun juga sayang pada
perempuan yang dianggap sebagai ibu kandung itu. Ia selalu sabar merawat Bu
Mariati yang tengah sakit.
Asri dan Asnah semakin lama semakin dewasa dan semakin akrab sebagai saudara. Mereka terbiasa jujur satu sama lain, bahkan Asnah mengetahui rahasia kakaknya yang tidak diketahui sang bunda, begitu juga sebaliknya. Namun ada satu hal yang sangat dirahasiakan Asnah, dia menyayangi Asri lebih dari seorang kakak, melainkan rasa sayang seorang kekasih. Gadis itu sangat terpukul ketika sang ibu meminta anak lelakinya untuk segera menikah, dia tahu bukan ia yang akan menjadi pendamping Asri karena adat melarang pernikahan sesuku seperti mereka. Asri menjatuhkan pilihan pada seorang putri bangsawan yang cantik, adik kandung mantan kekasihnya. Gadis itu bernama Saniah. Mereka bertunangan lalu menikah setelah melewati beberapa adat Minangkabau.
Pernikahan Asri dengan Saniah sangat jauh dari kata ‘bahagia’. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat kuat dalam masalah adat. Saniah selalu disetir sang ibu untuk mengikuti adat yang sangat kaku dan kuno menurut Asri, karena Asri sudah terbiasa dengan pendidikan luar yang bebas. Ia sangat menghormati adat, namun ia tidak suka terlalu dikekang dan dipaksa-paksa seperti yang dilakukan Saniah padanya. Selain itu, Saniah adalah wanita yang sombong, keras kepala, membedakan kelas sosial masyarakat, dan tidak suka bergaul dengan tetangga. Saniah sangat cemburu dengan keberadaan Asnah dan ia ingin menyingkirkan gadis itu dengan berbagai cara, tentunya peran sang ibu tidak tertinggal.
Suatu hari penyakit bu Mariati menjadi sangat parah. Asnah beserta Mak Cik Liah bergantian menjaganya, tak lupa juga Asri lebih sering mengunjungi ibunya yang telah diasingkan Saniah di bagian rumah mereka yang lain. Penyakit bu Mariati tidak dapat disembuhkan dan nyawanya telah lepas dari raga. Sebelum meninggal, ibu itu berpesan kepada anaknya, ia menyesal telah meminta Asri menikah, apalagi dengan Saniah. Wanita itu juga menjelaskan adat Minang yang tidak melarang Asri dan Asnah menikah karena mereka tidak sedarah. Wanita itu berpesan agar anak lelakinya itu menikah dengan anak angkatnya, Asnah yang sifatnya sangat mulia dan dimata semua orang.
Setelah kematian sang bunda, Asri selalu memikirkan petuah terakhir itu. Dan ia baru menyadari perasaan sayangnya kepada Asnah yang lebih setelah teman lamanya, Hasan Basri datang kepadanya untuk meminta izin memperistri Asnah. Ia sangat cemburu dan tidak bisa mengambil keputusan, sehingga segalanya ia serahkan kepada Asnah. Asri sangat lega ketika Asnah menolak pinangan teman lamanya itu. Tanpa saling bicara, keduanya bisa mengerti bahwa ada cinta diantara mereka. Saniah menangkap keganjilan pada suaminya sehingga ia memaki-maki Asnah sebagai wanita yang tidak tahu diri. Kejadian itu diketahui Asri sehingga ia sangat marah kepada Saniah dan keduanya bertengkar hebat, sementara Asnah memilih pergi dari rumah itu dan tinggal bersama bu Mariah, adik ibu Mariati. Semenjak kepergian Asnah, Asri tetap sering bertengkar dengan Saniah hingga ia tidak betah lagi berada di rumah gadang itu.
Suatu ketika bu Saleah, ibu dari Saniah mendapat kabar bahwa anak lelakinya akan menikah dengan gadis biasa di perantauan. Ibu itu merasa geram, ia tidak mau mempunyai menantu miskin dan dari suku lain, kemudian ia mengajak Saniah beserta pembantu mereka pergi ketempat putranya untuk menggagalkan pernikahan itu. Saking geramnya, bu Saleah meminta sopir mobil yang ia sewa untuk mengebut walaupun jalanan sangat sulit. Alhasil, mobil yang mereka tumpangi kurang kendali sehingga masuk jurang lalu Saniah dan ibunya meninggal dunia.
Semenjak Asri menduda, banyak wanita yang datang menghampirinya. Namun, ia tidak pernah goyah untuk mencintai Asnah, walaupun wanita-wanita yang menghampirinya lebih cantik. Asri tidak bisa lagi menahan cintanya. Setelah berunding dengan bibinya yang sekarang merawat Asnah, ia memutuskan menikah dengan Asnah dan meninggalkan segala harta dan jabatannya untuk merantau ke Jawa, karena jika tidak pergi dari situ, maka keduanya akan dikeluarkan dari suku secara tidak hormat. Perantauannya menghasilkan sesuatu yang baik. Asri punya kedudukan yang baik dan keduanya mempunyai banyak teman di sana. Ditengah rutinitas mereka di Jawa, tepatnya di Jakarta, tiba-tiba datang surat dari Maninjau meminta agar keduanya kembali ke sana dan Asri diminta untuk menjadi kepala pemerintahan. Tanpa pikir panjang mereka setuju untuk kembali ke Maninjau walaupun berat juga meninggalkan kawan-kawannya di Jakarta, mereka sangat rindu dengan kampung kelahirannya itu. Setibanya di Maninjau, mereka disambut meriah oleh warga yang sangat menghormati Asri atas jasa-jasanya sebelum ia merantau dulu dan atas kelembutan tabiat Asnah. Berawal dari Asri yang salah pilih istri, ia menjadi tahu siapa orang yang sebenarnya ia cintai dan dengan berusaha keras ia mampu hidup bersama sang kekasih dalam mahligai rumah tangga yang penuh cinta di kampung halaman tercinta.
Asri dan Asnah semakin lama semakin dewasa dan semakin akrab sebagai saudara. Mereka terbiasa jujur satu sama lain, bahkan Asnah mengetahui rahasia kakaknya yang tidak diketahui sang bunda, begitu juga sebaliknya. Namun ada satu hal yang sangat dirahasiakan Asnah, dia menyayangi Asri lebih dari seorang kakak, melainkan rasa sayang seorang kekasih. Gadis itu sangat terpukul ketika sang ibu meminta anak lelakinya untuk segera menikah, dia tahu bukan ia yang akan menjadi pendamping Asri karena adat melarang pernikahan sesuku seperti mereka. Asri menjatuhkan pilihan pada seorang putri bangsawan yang cantik, adik kandung mantan kekasihnya. Gadis itu bernama Saniah. Mereka bertunangan lalu menikah setelah melewati beberapa adat Minangkabau.
Pernikahan Asri dengan Saniah sangat jauh dari kata ‘bahagia’. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat kuat dalam masalah adat. Saniah selalu disetir sang ibu untuk mengikuti adat yang sangat kaku dan kuno menurut Asri, karena Asri sudah terbiasa dengan pendidikan luar yang bebas. Ia sangat menghormati adat, namun ia tidak suka terlalu dikekang dan dipaksa-paksa seperti yang dilakukan Saniah padanya. Selain itu, Saniah adalah wanita yang sombong, keras kepala, membedakan kelas sosial masyarakat, dan tidak suka bergaul dengan tetangga. Saniah sangat cemburu dengan keberadaan Asnah dan ia ingin menyingkirkan gadis itu dengan berbagai cara, tentunya peran sang ibu tidak tertinggal.
Suatu hari penyakit bu Mariati menjadi sangat parah. Asnah beserta Mak Cik Liah bergantian menjaganya, tak lupa juga Asri lebih sering mengunjungi ibunya yang telah diasingkan Saniah di bagian rumah mereka yang lain. Penyakit bu Mariati tidak dapat disembuhkan dan nyawanya telah lepas dari raga. Sebelum meninggal, ibu itu berpesan kepada anaknya, ia menyesal telah meminta Asri menikah, apalagi dengan Saniah. Wanita itu juga menjelaskan adat Minang yang tidak melarang Asri dan Asnah menikah karena mereka tidak sedarah. Wanita itu berpesan agar anak lelakinya itu menikah dengan anak angkatnya, Asnah yang sifatnya sangat mulia dan dimata semua orang.
Setelah kematian sang bunda, Asri selalu memikirkan petuah terakhir itu. Dan ia baru menyadari perasaan sayangnya kepada Asnah yang lebih setelah teman lamanya, Hasan Basri datang kepadanya untuk meminta izin memperistri Asnah. Ia sangat cemburu dan tidak bisa mengambil keputusan, sehingga segalanya ia serahkan kepada Asnah. Asri sangat lega ketika Asnah menolak pinangan teman lamanya itu. Tanpa saling bicara, keduanya bisa mengerti bahwa ada cinta diantara mereka. Saniah menangkap keganjilan pada suaminya sehingga ia memaki-maki Asnah sebagai wanita yang tidak tahu diri. Kejadian itu diketahui Asri sehingga ia sangat marah kepada Saniah dan keduanya bertengkar hebat, sementara Asnah memilih pergi dari rumah itu dan tinggal bersama bu Mariah, adik ibu Mariati. Semenjak kepergian Asnah, Asri tetap sering bertengkar dengan Saniah hingga ia tidak betah lagi berada di rumah gadang itu.
Suatu ketika bu Saleah, ibu dari Saniah mendapat kabar bahwa anak lelakinya akan menikah dengan gadis biasa di perantauan. Ibu itu merasa geram, ia tidak mau mempunyai menantu miskin dan dari suku lain, kemudian ia mengajak Saniah beserta pembantu mereka pergi ketempat putranya untuk menggagalkan pernikahan itu. Saking geramnya, bu Saleah meminta sopir mobil yang ia sewa untuk mengebut walaupun jalanan sangat sulit. Alhasil, mobil yang mereka tumpangi kurang kendali sehingga masuk jurang lalu Saniah dan ibunya meninggal dunia.
Semenjak Asri menduda, banyak wanita yang datang menghampirinya. Namun, ia tidak pernah goyah untuk mencintai Asnah, walaupun wanita-wanita yang menghampirinya lebih cantik. Asri tidak bisa lagi menahan cintanya. Setelah berunding dengan bibinya yang sekarang merawat Asnah, ia memutuskan menikah dengan Asnah dan meninggalkan segala harta dan jabatannya untuk merantau ke Jawa, karena jika tidak pergi dari situ, maka keduanya akan dikeluarkan dari suku secara tidak hormat. Perantauannya menghasilkan sesuatu yang baik. Asri punya kedudukan yang baik dan keduanya mempunyai banyak teman di sana. Ditengah rutinitas mereka di Jawa, tepatnya di Jakarta, tiba-tiba datang surat dari Maninjau meminta agar keduanya kembali ke sana dan Asri diminta untuk menjadi kepala pemerintahan. Tanpa pikir panjang mereka setuju untuk kembali ke Maninjau walaupun berat juga meninggalkan kawan-kawannya di Jakarta, mereka sangat rindu dengan kampung kelahirannya itu. Setibanya di Maninjau, mereka disambut meriah oleh warga yang sangat menghormati Asri atas jasa-jasanya sebelum ia merantau dulu dan atas kelembutan tabiat Asnah. Berawal dari Asri yang salah pilih istri, ia menjadi tahu siapa orang yang sebenarnya ia cintai dan dengan berusaha keras ia mampu hidup bersama sang kekasih dalam mahligai rumah tangga yang penuh cinta di kampung halaman tercinta.
Salah Asuhan
Pengarang : Abdul Muis
Tahun Terbit : 1928
Sinopsis
Seorang anak asal betawi yang bernama Hanafi di
perintah ibunya untuk bersekolah di HBS (Hoogere Burger School). Meskipun Ibu
Hanafi ini berstatus janda,Tentu juga menginginkan anaknya menjadi orang yang
sukses dan mampu membahagiakan orang tua. Walaupun Janda (Ibu hanafi) ini
sering mengalami kesulitan dalam hal biaya, tapi dia tetap berusaha sekeras
mungkin untuk memenuhi itu semua. Terkadang dia juga meminta bantuan kepada
orang terdekatnya, Sutan Batuah.
Kehidupan hanafi di betawi sudah terpengaruh dengan
gaya belanda, sebab selama di daerah ini dia di titipkan ibu nya di keluarga
yang berdarah belanda. Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas dari
lingkungan orang-orang Eropa. Hanafi bekerja di salah satu kantor asisten
residen yang bertempan di solok. Terkadang dengan gaya hidup hanafi yang seakan
orang eropa (belanda) menimbulkan suatu kebanggaan tersendiri baginya, meskipun
dia hanya orang pribumu ( asli indonesia ).
Setelah sekian lama hidup di lingkungan yang ke
barat-baratan, Hanafi sempat jatuh hati pada gadis yang bernama corrie. Gadis
ini adalah seorang gadis yang berdarah indo Perancis-Belanda. Corrie dan
Hanafi memiliki hubungan pertemanan yang sangat dekat. Namun, dengan kedekatan
ini, Hanafi merasa cinta nya di balas oleh corrie. Dengan rasa percaya diri
yang tinggi tadi, Hanafi memberanikan diri untuk mengutarakan isi hati nya ke
Corri, namun corrie menolaknya secara halus. Perbedaan budaya lah yang membuat
corrie tidak bisa sehati dengan Hanafi.
Demi menjaga perasaan hanafi, corrie memutuskan untuk
berpindah ke betawi. Di suatu ketika hanafi menerima suatu surat dari corrie.
Entah kenapa setelah menerima surat itu, Hanafi jatu sakit. Selama sakit,
Hanafi di nasihati Ibu nya untuk menikah dengan wanita pribumi saja.
Akhirnya Hanafi pun menikah dengan wanita Pribumi yang
bernama Rapiah. Keluarga Hanafi – Rapiah ini tidak nyaman dan tentram, mungkin
sebab nya karena pernikahan itu tidak di dasarkan akan cinta di antara
kedua nya. Bahkan Hanafi sering menyakiti hati istrinya dengan perlakuan kasar.
Tetapi Rapiah dapat bersabar dengan segala prilaku tersebut.
Suatu ketika Hanafi di gigit oleh seekor anjing gila.
Hanafi pun berobat ke jakarta . Tak di sangka ternyata Hanafi berjumpa dengan
corrie. Saat itu juga, Hanafi memohon-mohon agar corrie mau bertunangan dengan
nya. Entah apa yang ada di fikiran corrie, akhirnya dia menyetujui pertunangan
itu.
Pesta pertunangan tersebut di laksanakan di rumah teman
belanda corrie. Namun, dalam pesta ini tuan rumah tidak menyambut meriak akan
pertunangan mereka.Ibu hanafi dan Rapiah terus menunggu kedatangan Hanafi di
desa. Padahal mereka sudah tahu bahwa hanafi tidak akan kembali karena akan
menikah dengan corrie. Walau ditinggalkan suaminya, Rapiah masih tetap tinggal
bersama mertuanya atas permintaan Ibu hanafi. Rasa sayang Ibu hanafi terhadap
Rapiah sangat besar, ini di karenakan sifat Rapiah yang baik, Tabah dan Sabar.
Padahal selama ini Hanfi berperilaku kasar padanya. Ternyata kasus pernikahan
Hanafi dan Corry sama saja dengan pernikahan Hanafi-Rapiah sebelumnya. Mereka
tidak mendapatkan ketentraman dan kenyamanan. Bahkan orang terdekat keluarga
Hanafi-corrie pun tidak menganggap mereka sebagai orang yang terdekat lagi.
Sengsara membawa Nikmat
Penulis : Tulis ST Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Pertama Terbit : 1929
Jumlah Halaman : 192
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Pertama Terbit : 1929
Jumlah Halaman : 192
Tokoh utama novel
Sengsara membawa Nikmat ini adalah seorang pemuda berdarah Minang bernama
Midun. Ia seorang yang santun, berperangai baik, taat agama, pandai ilmu silat
dan rendah hati. Karena sederet kebaikan inilah sehingga Midun sangat disukai
warga sekampungnya. Hal ini mengusik rasa iri hati serta dengki pemuda lainnya
bernama Kacak. Kacak sendiri digambarkan sebagai seorang yang congkak, sombong
dan angkuh. Ia merupakan keponakan orang terpandang di Padang. Ia sangat iri
pada Midun karena ia menganggap Midun tak pantas disayangi banyak orang sebab
ia hanya anak seorang petani miskin.
Secara umum, kisah ini bercerita mengenai suka duka Midun yang menghadapi banyak cobaan sebelum hidup bahagia bersama isteri dan keluarganya. Salah satu cobaan terbesar Midun adalah rasa dengki dari Kacak. Ia sering dicurangi dan difitnah oleh Kacak. Pernah isteri Kacak terseret arus sungai, karena Midun berada di tempat yang sama, ia langsung menolong dan menyelamatkan isteri Kacak. Namun, bukannya berterimakasih, Kacak malah memfitnah Midun hendak memperkosa isterinya. Kacak melaporkan hal tersebut pada pimpinan desa dan mereka mempercayai fitnah tersebut. Dan sebagai akibatnya, Midun dihukum untuk melakukan pekerjaan tanpa digaji. Ia melakukan hukuman tersebut di bawah pengawasan Kacak.
Tidak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah melihat Midun masih berkeliaran di desa mereka. Ia akhirnya merencanakan sejumlah hal dengan tujuan membunuh Midun. Usaha tersebut selalu gagal tetapi Kacak masih bisa memfitnah Midun sehingga pada akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara Midun menjadi seorang yang disegani sebab ia memiliki hati yang baik dan kepandaian dalam bela diri. Dalam menjalani masa tahanannya, Midun suatu hari bertugas menyapu jalanan. Secara tidak sengaja ia melihat seorang gadis cantik yang duduk termenung sendiri. Setelah gadis itu pergi, Midun bermaksud menyapu di tempat gadis tersebut tadi duduk. Ia kaget dan mendapati sebuah kalung yang tercecer milik gadis tersebut. Akhirnya setelah mengembalikan kalung tersebut, ia bisa berkenalan dengan gadis yang ternyata bernama Halimah tersebut. Halimah hidup bersama dengan ayah tirinya. Ia merasa tidak bahagia dan berniat mencari ayah kandungnya di Bogor. Midun berjanji setelah menjalani masa hukumannya, ia akan membantu Halimah mencari ayahnya di Bogor.
Singkat cerita, Midun akhirnya keluar dari penjara dan membawa Halimah lari ke Bogor mencari ayahnya. Setelah menemukan ayah Halimah, Midun menetap di rumah tersebut selama 2 bulan. Dia merasa tak enak dan kemudian memutuskan berangkat ke Batavia mencari pekerjaan. Saat di Batavia, Midun mendapat banyak sekali cobaan dan rintangan. Ia meminjam uang pada rentenir dan memulai usahanya yang akhirnya sukses. Si renternir menjadi iri dan memfitnah Midun. Akhirnya, ia masuk ke penjara sekali lagi. Setelah bebas, ia berjalan ke pasar baru dan secara tidak sengaja menolong seorang sinyo Belanda yang diganggu penjahat. Sinyo Belanda tersebut ternyata anak seorang pejabat terkenal. Sebagai rasa terimakasih, Midun diberi pekerjaan dan akhirnya ia ke Bogor menikahi Halimah. Seiring perjalanan waktu, karir Midun menanjak dan dipercaya memimpin sebuah operasi di Medan. Hal tersebut mempertemukannya dengan sang adik bernama Manjau. Manjau bercerita bahwa keadaan keluarganya sangat menyedihkan. Akhirnya sekembali ke Batavia, Midun meminta agar ditugaskan di kampung halamannya. Ia akhirnya kembali ke sana dan bertemu dengan keluarganya juga Kacak. Kacak sangat menyesali perbuatannya dulu pada Midun. Dan pada akhirnya, mereka hidup bahagia di kampung halamannya.
Secara umum, kisah ini bercerita mengenai suka duka Midun yang menghadapi banyak cobaan sebelum hidup bahagia bersama isteri dan keluarganya. Salah satu cobaan terbesar Midun adalah rasa dengki dari Kacak. Ia sering dicurangi dan difitnah oleh Kacak. Pernah isteri Kacak terseret arus sungai, karena Midun berada di tempat yang sama, ia langsung menolong dan menyelamatkan isteri Kacak. Namun, bukannya berterimakasih, Kacak malah memfitnah Midun hendak memperkosa isterinya. Kacak melaporkan hal tersebut pada pimpinan desa dan mereka mempercayai fitnah tersebut. Dan sebagai akibatnya, Midun dihukum untuk melakukan pekerjaan tanpa digaji. Ia melakukan hukuman tersebut di bawah pengawasan Kacak.
Tidak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah melihat Midun masih berkeliaran di desa mereka. Ia akhirnya merencanakan sejumlah hal dengan tujuan membunuh Midun. Usaha tersebut selalu gagal tetapi Kacak masih bisa memfitnah Midun sehingga pada akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara Midun menjadi seorang yang disegani sebab ia memiliki hati yang baik dan kepandaian dalam bela diri. Dalam menjalani masa tahanannya, Midun suatu hari bertugas menyapu jalanan. Secara tidak sengaja ia melihat seorang gadis cantik yang duduk termenung sendiri. Setelah gadis itu pergi, Midun bermaksud menyapu di tempat gadis tersebut tadi duduk. Ia kaget dan mendapati sebuah kalung yang tercecer milik gadis tersebut. Akhirnya setelah mengembalikan kalung tersebut, ia bisa berkenalan dengan gadis yang ternyata bernama Halimah tersebut. Halimah hidup bersama dengan ayah tirinya. Ia merasa tidak bahagia dan berniat mencari ayah kandungnya di Bogor. Midun berjanji setelah menjalani masa hukumannya, ia akan membantu Halimah mencari ayahnya di Bogor.
Singkat cerita, Midun akhirnya keluar dari penjara dan membawa Halimah lari ke Bogor mencari ayahnya. Setelah menemukan ayah Halimah, Midun menetap di rumah tersebut selama 2 bulan. Dia merasa tak enak dan kemudian memutuskan berangkat ke Batavia mencari pekerjaan. Saat di Batavia, Midun mendapat banyak sekali cobaan dan rintangan. Ia meminjam uang pada rentenir dan memulai usahanya yang akhirnya sukses. Si renternir menjadi iri dan memfitnah Midun. Akhirnya, ia masuk ke penjara sekali lagi. Setelah bebas, ia berjalan ke pasar baru dan secara tidak sengaja menolong seorang sinyo Belanda yang diganggu penjahat. Sinyo Belanda tersebut ternyata anak seorang pejabat terkenal. Sebagai rasa terimakasih, Midun diberi pekerjaan dan akhirnya ia ke Bogor menikahi Halimah. Seiring perjalanan waktu, karir Midun menanjak dan dipercaya memimpin sebuah operasi di Medan. Hal tersebut mempertemukannya dengan sang adik bernama Manjau. Manjau bercerita bahwa keadaan keluarganya sangat menyedihkan. Akhirnya sekembali ke Batavia, Midun meminta agar ditugaskan di kampung halamannya. Ia akhirnya kembali ke sana dan bertemu dengan keluarganya juga Kacak. Kacak sangat menyesali perbuatannya dulu pada Midun. Dan pada akhirnya, mereka hidup bahagia di kampung halamannya.
TAK PUTUS DIRUNDUNG MALANG
Penulis : S.
Takdir Alisjahbana
Penerbit : Dian
Rakyat
Tahun terbit : 1993
(Cet ke-13)
Tema
: Kehidupan seseorang yang tak pernah putus dirundung malang
Sinopsis
Dua anak yatim piatu mengalami cobaan silih berganti. Banyak orang yang
tidak peduli atau pun menolong. Mereka hanya berjuang berdua. Sampai akhirnya
sang adik perempuan meninggal, sang kakak jadi makin tertekan dan lemah, dan
pada akhirnya juga meninggal dunia.
Sebuah keluarga tidak mempunyai seorang ibu, hanya ada seorang ayah dan dua
orang anak yang sudah menjadi piatu. Anak laki-laki bernama Mansur dan yang
perempuan bernama Laminah.
Keluarga miskin ini berada di Dusun Ketahun di Bengkulu. Cobaan kembali
datang pada Mansur dan Laminah ketika ayah mereka juga meninggal. Sekarang
kedua anak tersebut menjadi yatim piatu dan tidak mempunyai harta sama sekali.
Setelah itu mereka diasuh oleh bibi yang bernama Jepisah. Bibi mereka
selalu bersikap baik terhadap mereka. Pertama kali saat mereka tinggal bersama
Jepisah, mereka diperlakukan seperti anak sendiri oleh Jepisah dan suaminya
yang bernama Madang.
Tapi sayang, setelah beberapa hari kemudian mereka kembali harus merasakan
pahitnya kehidupan. Suami Jepisah mulai berbuat yang tidak baik terhadap
mereka. Madang sering mengeluarkan kata-kata keras dan kasar kepada mereka,
bahkan memukul atau menendang. Sementara bibi Jepisah sangat menyayangi mereka
berdua.
Mansur dan Laminah tetap bersabar sampai akhirnya sebuah kesalah pahaman
menjadikan mereka harus pergi meninggalkan bibi yang sangat mereka sayangi itu.
Mereka lalu menginap di tempat Datuk Halim dan istrinya yang bernama Seripah.
Keadaan mereka saat itu lebih baik. Mereka diperlakukan seperti seorang
yatim piatu yang memang benar-benar harus disayangi dan dikasihi. Namun karena
merasa sudah sangat merepotkan, mereka berdua berencana untuk pergi merantau ke
kota Bengkulu dan meninggalkan Dusun Ketahun.
Setalah tiba di kota Bengkulu, tepatnya di kampung Cina, mereka
dipekerjakan oleh seorang toke yang memiliki sebuah toko Roti. Dalam beberapa
tahun mereka hidup dengan tenang disana.
Tapi ketenangan mereka kembali terganggu setelah datangnya seorang pegawai
baru di toko itu yang bernama Sarmin. Sikap Sarmin sangat menakutkan. Bandannya
kekar berotot. Laminah merasa sangat terganggu akan keberadaan Sarmin.
Seringkali Laminah harus menangis tersedu karena rasa takutnya terhadap
Sarmin. Oleh karena itu, Mansur bertekad memberi peringatan terhadap Sarmin.
Perkelahian pun tidak dapat dihindari lagi.
Lalu Mansur beserta adiknya memutuskan untuk mencari pekerjaan ditempat
lain. Tanpa disangka mereka pun kembali merasakan kejamnya kehidupan.
Mansur harus di bawa ke kantor polisi dan terpaksa mendekam di dalam sel
setelah dituduh mencuri uang.
Laminah terpaksa menerima kenyataan pahit itu, dan harus rela hidup
sendirian tanpa saudaranya. Apalagi ia kembali terusik oleh Darwis, temannya
dulu ketika masih bekerja di toko Roti.
Laminah hampir diperkosa oleh Darwis laki-laki yang tidak punya perasaan
tersebut. Ia tidak tahan lagi akan kehidupan pahit yang sering dialaminya. Pada
akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing
curam ke lautan luas.
Sementara Mansur akhirnya keluar dari penjara, setelah beberapa lama
mendekam disana. Mansur akhirnya bisa merasakan kembali udara segar kota
Bengkulu. Tak lama sesudah itu, kabar mengenai kematian adiknya pun terdengar
olehnya.
Sekarang Mansur hanya hidup sendiri setelah ditinggal mati ibu, ayah dan
adiknya. Ia berusaha tetap tabah mengahadapi kenyataan tersebut. Sampai
akhirnya malapetaka pun datang.
Pikiran dan perasaan Mansur makin tertekan karena terlalu banyak memikirkan
kehidupan yang baginya semakin kejam dan menyiksa. Badannya menjadi lemah tidak
bertenaga, sampai akhirnya ketika sedang berlayar ia jatuh pingsan dan
tenggelam ke lautan. Jenazahnya tidak diketemukan dan menghilang.
Kasih Tak Terlarai
Oleh : Suman Hs
Sinopsis
Seumur hidupnya
si Taram hanya dua kali mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Pertama pada
saat ayahnya membelikan kacamata buat si Taram,kedua pada saat si Taram
mengumandangkan adzan karena suaranya sangat merdu sekali. Si Taram jatuh cinta
kepada Nurhaida,pada saat mengungkapkan isi hatinya kepada Nurhaida,dia pun
menerima permintaan hatinya. Lima hari kemudian si Taram ingin meminang
Nurhaida,maka oleh orang tuanya menyuruh pak Jalil untuk meminang Nurhaida.
Ternyata keputusannya ditolak oleh orang tua Nurhaida. Dua hari kemudian
setelah penolakan itu,si Taram pergi ke rumah nenek Tijah untuk menghilangkan
kesedihannya. Kemudian nenek Tijah menasehati si Taram agar jangan terlalu
memikirkan Nurhaida. Setelah itu nenek Tijah menceritakan asal usul si
Taram,ternyata si Taram hanya anak pungut. Sewaktu bayi,dia diberikan oleh
seorang wanita yang keadaanya serba kekurangan kepada kedua orang tua kamu sekarang
pada saat bulan madu. Mendengar cerita tersebut dia merasa sedih dan kaget
sekali. Kemudian si Taram sadar bahwa penolakan dari orang tua Nurhaida itu
dikarenakan si Taram adalah anak pungut. Setelah peristiwa penolakan dari
keluarga Nurhaida,si Taram berencana untuk kawin lari bersama Nurhaida. Rencana
tersebut disetujui oleh Nurhaida. Setelah mereka kabur dari kampungnya,kedua
orang tua mereka pun sangat gempar atas kehilangan anak – anaknya. Setelah
sampai di Singapura kedua sejoli itu pun menikah. Setelah menikah kehidupan
mereka menjadi makmur,segala macam kebutuhannya dapat terpenuhi. Semenjak
kehilangan kedua sejoli itu,kedua orang tua mereka merasa sangat kehilangan.
Kemudian orang tua Nurhaida mengutus anak buahnya untuk pergi mencari mereka ke
Singapura. Ternyata pencarian mereka berhasil. Mereka berpura – pura ingin
mengunjungi kedua sejoli tersebut. Kemudian setelah lama tinggal di rumah si
Taram,diam – diam orang tua tersebut merayu dan menceritakan tentang
kampungnya,kepada Nurhaida. Akhirnya Nurhaida pun tergoda hatinya ingin pulang
kampung. Tanpa sepengetahuan si Taram,Nurhaida dan kedua orang tua itu pulang
ke kampungnya. Pada saat itu si Taram pergi ke Johor karena ada keperluan
berdagang. Sudah delapan bulan Nurhaida menetap di kampungnya,akan tetapi si
Taram tidak memberi kabar kepada Nurhaida. Maka dari itu warga kampung
menyebutnya sudah menjadi janda. Pada awal bulan Rajab petang hari ada sebuah
kapal yang berlabuh di kampung Nurhaida. Yang punya kapal itu bernama Syekh
Wahab,dia adalah seorang saudagar. Kapalnya menjual berbagai macam obat –
obatan. Syekh Wahab sangat dihormati di kampung itu. Pada hari Jumat dia selalu
berkhotbah dan menjadi imam. Setelah dua bulan lamanya,terjadilah isu yang
memberitakan bahwa Syekh Wahab akan meminang Nurhaida. Mendengar kabar tersebut
orang tua Nurhaida pun langsung menerima pinangannya tersebut. Hari yang
dinantikan telah tiba,jam empat sore akan dilangsungkan pernikahan secara besar
– besaran. Selanjutnya kedua sejoli itu resmi menjadi suami istri. Hari raya
Idul Fitri pun telah tiba. Semua warga kampung pergi ke mesjid untuk
melaksanakan shalat Idul Fitri. Yang menjadi imam dan khotib adalah Syekh
Wahab. Setelah selesai melaksanakan shalat ID,lalu Syekh Wahab berkhotbah.
Setelah selesai berkhotbah,dia naik ke tingkat atas mimbar dan membuka penutup
kepala serta kain yang menutupi janggutnya. Kemudian para jemaah heran dan
kaget melihat kejadian tersebut. Karena Syekh Wahab memotong habis janggut
serta kumisnya. Ternyata Syekh Wahab adalah si Taram,orang yang selama ini
dicari – cari oleh warga kampungnya. Akhirnya Nurhaida pun tergoda hatinya
ingin pulang kampung. Tanpa sepengetahuan si Taram,Nurhaida dan kedua orang tua
itu pulang ke kampungnya. Pada saat itu si Taram pergi ke Johor karena ada
keperluan berdagang. Sudah delapan bulan Nurhaida menetap di kampungnya,akan
tetapi si Taram tidak memberi kabar kepada Nurhaida. Maka dari itu warga
kampung menyebutnya sudah menjadi janda. Pada awal bulan Rajab petang hari ada
sebuah kapal yang berlabuh di kampung Nurhaida. Yang punya kapal itu bernama
Syekh Wahab,dia adalah seorang saudagar. Kapalnya menjual berbagai macam obat –
obatan. Syekh Wahab sangat dihormati di kampung itu. Pada hari Jumat dia selalu
berkhotbah dan menjadi imam. Syekh Wahab dan Nurhaida akan menikah. Orang tua
Nurhaida menerima lamaran Syekh Wahab.
PERCOBAAN SETIA
Pengarang : Suman H.S.
Penerbit :
Balai Pustaka
Tahun :
1931
Peristiwa-peristiwa dalam roman ini terjadi di Sumatra
Barat (Sungai Kampar dan Taratak Buluh), dan Malaka, dengan melibatkan
tokoh-tokoh sebagai berikut: Syainsuddin, seorang pemuda yatim yang taat
beragama, jujur, sabar. Haji Djamin, seorang detektif. Abdul Fatah, seorang
penipu. Haji Salwah, wanita saleh, anak seorang saudagar kaya tempat Syamsuddin
bekerja. Ia juga merupakan orang tua angkat Syamsuddin.
Sinopsis
Syamsuddin sejak kecil telah menjadi anak yatim.
Ayahnya meninggal dunia ketika ia baru berumur 4 tahun. Bersama ibunya ia
tinggal di Sungai Kampar. Ketika ia menginjak usia 8 tahun, ibunya menikah
lagi, namun untung baginya karena ayah tiriya sangat mencintai dan
menyayanginya. Ayah tirinya kemudian membawa Syamsuddin, ibu, dan adiknya yang
baru berumur satu tahun ke Tatarak Buluh. Di tempat yang baru inilah, Syamsudin
dididik belajar agama oleh ayah tirinya dan ia pun belajar mengaji kepada
seorang guru agama.
Ketika Syamsuddin menginjak usia 16 tahun, ia meminta
izin kepada orang tuanya untuk pergi merantau. Permintaan itu dikabulkan oleh
kedua orang tuanya. Pada awal-awal perantauannya, nasib Syamsuddin sangat
beruntung karena ia langsung mendapat pekerjaan dan majikannya mengangkatnya
sebagai anak. Namun, ia harus meninggalkan rumah orang tua angkatnya ketika ada
seorang gadis teman sekerja yang menaruh hati kepadanya. Gadis itu berusaha menggoda
Syamsuddin untuk melakukan perbuatan terlarang. Namun, karena keimanan dalam
diri pemuda itu tidak mudah tergoyahkan. Syamsuddin berhasil mencegah dirinya
dan godaan nafsu. Karena merasa sakit hati, wanita itu kemudian memfitnah
Syamsuddin, sehingga pemuda itu dikeluarkan dari pekerjaannya.
Syamsuddin meneruskan perantauan ke Malaka. Di tempat
ini pun ia mempunyai majikan yang menyayanginya. Bahkan, mereka menganggap
Syamsuddin seperti anaknya sendiri. Majikannya Semakin mempercayai dan
menyayangi dirinya ketika ia berhasil menyelamatkan Haji Salwah, anak gadis
majikannya dari kobaran api. Setelah kejadian itu, Haji Salwah menaruh hati
kepadanya dan majikannya pun menyetujuinya. Namun, karena anak mereka sudah
menjadi haji, maka majikannya memerintahkan Syamsuddin untuk menunaikan ibadah
haji, ke Mekah. Hal itu dilakukan untuk menghindari gunjingan orang.
Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, Syamsuddin
harus berpisah dengan Jamin karena pemuda itu bermaksud untuk menuntut ilmu di
kota Mekah. Syamsuddin menginap di Pulau Pinang. Di penginapan ini, ia bertemu
dengan Abdul Fatah yang mengenal keluarga Haji Salwah. Syamsuddin menceritakan
rencana pernikahannya dengan Haji Salwah kepada lelaki itu. Ternyata Abdul
Fatah pun mencintai Haji Salwah dan ia bermaksud untuk menggagalkan rencana
pernikahan Syamsuddin. Ia mengatakan bahwa Haji Salwah telah menikah dengan
orang lain beberapa saat setelah kepergian Syamsuddin. Namun, Syamsuddin tidak
mempercayai kabar itu.
Mengetahui siasatnya tidak berhasil, Abdul Fatah kemudian menjalankan siasatnya yang kedua. Ia berusaha merekayasa sebuah tabrakan yang menyebabkan Syamsuddin mengalami luka parah dan harus menjalani perawatan di rumah sakit, sedangkan ia sendiri hanya mengalami luka ringan. Ia kemudian membawa barang-barang milik Syamsuddin dan mengatakan kepada keluarga Haji Salwah bahwa Syamsuddin telah meninggal. Dengan demikian, rencana pernikahannya dengan Haji Salwah akan berjalan mulus.
Siasatnya itu hampir berhasil kalau saja Jamin tidak
segera pulang ke tanah air dan menerangkan perihal yang sebenarnya kepada
keluarga Haji Salwah. Pemuda itu telah mengetahui semua akal bulus Abdul Fatah
dan sahabatnya, Syamsuddin. Pada mulanya ia juga mempercayai kabar kematian
Syamsuddin, namun salah seorang temannya memberitahukan bahwa Syamsuddin sedang
dirawat di rumah sakit. Ia pun segera menengok Syamsuddin dan saat itulah ia
mengetahui permasalahan yang sebenarnya.
Atas penipuan yang dilakukannya, Abdul Fatah, dijatuhi
hukum penjara selama 6 tahun. Sementara itu, setelah sembuh, Syamsuddin kembali
ke tanah airnya dan melangsungkan pernikahan dengan Haji Salwah.
Karena Mentua
Judul : Karena Mentua
Pengarang : Nut Sutan Iskandar
Penerbit : PT Balai Pustaka
(persero)
Cetakan Pertama : 1932
Sinopsis
Marah Adil, salah seorang salah seorang pelaku utama
dalam cerita ini, telah beristeri dengan seorang anak gadis bernama Ramalah.
Mereka itu sangat rukun. Hidupnya hanya dari mengerjakan sawah ladangnya.
Tetapi mentua Marah Adil yang gila akan kekayaan dan pangkat, tidak senang
bermantukan dia. Ada-ada saja usaha untuk menceraikan anaknya dari kekuasaan
menantunya itu.
Pada suatu hari Marah Adil pergi merantau ke Lampung
untuk mencari penghidupan baru guna memperbaiki keadaan rumah tangganya,
lebih-lebih untuk isterinya Ramalah.
Bukan main senang hati Mak Guna, yakni ibu Ramalah,
melihat menantunya pergi itu. Ia terpengaruh oleh kekayaan Sutan Melaka yang
baru datang dari Bengkulu dengan isterinya yang sarat dengan perhiasan yang
melekat pada tubuhnya. Ia menginginkan bermenantukan Sutan Melaka. Keputusan
terjadi dengan akan dinikahkannya Ramalah dengan Sutan Melaka.
Ramalah dibujuk-bujuk oleh ibunya dengan jalan
memfitnah Marah Adil yakni dikatakannya bahwa Marah Adil merantau itu hanya
untuk berpetualang saja. Ramalah tak percaya akan fitnah itu. Karena ia masih
cinta kepada suaminya dan karena hari pernikahan paksa itu telah dekat, maka
akhirnya Ramalah mengirimkan telegram kepada Marah Adil agar lekas pulang.
Bukan main terkejut
Mak Guna setelah akan pergi mengantarkan anaknya ke rumah kadi, tiba-tiba
melihat Marah Adil datang. Sebaliknya betapa senang hati Ramalah melihat
suaminya datang itu tak dapatlah digambarkan.
Marah Adil kini telah
bermodal sedikit, dan ia bermaksud menjadi saudagar kecil di daerahnya.
Walaupun demikian namun dendam Mak Guna kepada menantunya itu masih tetap ada.
Ada-ada saja sindiran yang dilemparkan kepadanya.
Pada suatu ketika Mak
Guna bertemu dengan Mak Amin, teman sepermainannya dulu. Mak Guna tercengang
melihat rumah Mak Amin yang besar dan sarat dengan perhiasan yang mahal-mahal
itu. Mak Amin mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Ramli. Ia menjadi
komis pos dan telah menikah dengan gadis dari Bandung bernama Suriati.
Timbul dalam hati Mak Guna akan mengambil Ramli
menjadi menantunya. Kunjungan bakasan Mak Amin ke rumah Mak Guna menyebabkan
Mak Amin terpikat hatinya kepada Ramalah yang cantik itu. Mak Amin mulai benci
kepada menantunya.
Akhirnya Mak Guna dan
Mak Amin bersepakat akan menikahkan anaknya. Walaupun Ramalah masih cinta
kepada Marah Adil, demikian pula Ramli dengan Suriati, namun mereka itu tak
kuasa menolak paksaan ibu mereka itu masing-masing.
Daya
upaya Mak Guna berhasil. Dengan jalan bertengkar lebih dahulu dengan
menantunya, berhasillah Mak Guna melepaskan anaknya dari kekuasaan Marah Adil.
Karena malu terpaksalah Marah Adil menceraikan isterinya, walaupun hal itu
sangat berat baginya.
Pada suatu hari
Ramalah akan dinikahkan dengan Ramli. Ramai benar rumah famili Mak Guna tempat
Ramalah akan dinikahkan itu. Sebelum mempelai laki-laki datang, tiba-tiba
muncullah Marah Adil dengan pakaian hitam dari belakang dan terus masuk ke
dapur. Dengan sebilah pisau ia hendak menghajar Mak Guna untuk membalas
dendamnya. Takala hendak menikam Guna, tiba-tiba Ramalah melompat ke hadapan
Marah Adil, untuk menggantikan ibunya yang hendak dibunuh itu.
Ramalah kena
tikaman pisau dan seketika itu juga meninggal. Melihat hal itu, seketika itu
juga Marah Adil mencabut pisau dari dada Ramalah dan dengan pisau itu juga ia
mengakhiri hidupnya.
Tak berapa lama
sesudah peristiwa itu, datanglah Ramli yang akan dinikahkan dengan Ramalah itu.
Melihat peristiwa itu, ia pun terus pulang. Di rumah didapatinya Suriati sedang
pingsan. Atas nasihat dokter ia harus tinggal di tempat yang berhawa dingin.
Maka Ramlli pun pindah ke Bukittinggi.
Setelah agak lama di Bukittinggi,
Ramli mengirimkan telegram ke kantor pos pusat, agar ia dipindahkan keluar
Sumatera, sekurang-kurangnya keluar dari Minangkabau. Beberapa bulan kemudian
Ramli mendapat surat keputusan yang menetapkan bahwa ia dipindahkan ke kantor
pos Malang. Setelah itu iapun beserta isterinya meninggalkan ibunya, demikian
pula daerahnya yang terkenal karena adat-istiadatnya yang sangat keras itu.
Kemudian setelah di
Malang Ramli dan Suriati mendapat kabar dari ibunya, bahwa Mak Guna telah
meninggal karena penyakit jantung.
Memutuskan Pertalian
Judul : Memutuskan Pertalian
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Sinopsis
Di daerah Bukit tinggi, tinggal
seorang guru sekolah dasar bernama Guru Kasim. Suatu malam ketika Guru Kasim
selesai memeriksa pekerjaan murid-muridnya, datang sesorang membubarkan
lamunanya. Temannya datang untuk berbincang-bincang dengan Burhan. Burhan
bercerita tentang alasannya bercerai dengan istrinya. Perceraian Burhan
disebabkan karena perbedaan pendapat dengan mertuanya. Di tengah-tengah perbincangan
tersebut, seorang pemuda datang hendak menemui Guru Kasim. Guru Kasim mencoba
menebak isi surat tersebut. . Guru Kasim membuka surat tersebut perlahan. Surat
yang berasal dari Betawi itu bercap “Departement van Onderwijs en Eerdienst”.
Surat terebut adalah surat perintah untuk memindahkan Guru Kasim ke
Pontianak.
Keesokan harinya, Guru Kasim
menceritakan hal ini kepada semua keluarganya termasuk kepada mertuanya. Guru
Kasim ingin sekali membawa anak dan istrinya yang bernama Jamilah. Namun, hal
itu ditentang oleh Tiaman, mertuanya. Seluruh cara dilakukan oleh Guru Kasim
agar dan tetap tidak membuahkan hasil. Taiaman tetap mengingankan anaknya tetap
tinggal. Guru Kasim menyarankan agar mertuanya ikut ke Pontianak. Taiaman tetap
ingin tinggal di rumahnya sendiri menjaga sawah keluargnya dan Tiaman tidak
punya orang yang menemainya selain Jamilah. Datuk Besar datang dan mencoba
menyelesaikan masalah tersebut. Guru Kasim diminta berangkat terlebih dahulu ke
Pontianak. Suasana di Pontianak masih asing bagi mereka. Guru Kasim diminta
untuk mengenali daerah itu agar Jamilah aman disana.
Sebelum berangkat, Guru Kasim
berpamitan ke murid-muridnya. Mereka merasa kehilangan Guru Kasim. Mereka
mengantarkan Guru Kasim sampai stasiun. Jamilah sebenarnya ingin sekali ikut
bersama suaminya. Namun, sampai keberangkatan Guru Kasim, Tiaman tetap menolak
keinginan anaknya itu. Perjalanan yang jauh ditempuh Guru Kasim sendirian.
Setelah naik kereta, Guru Kasim berlayar melewati lautan.
Guru Kasim mencari tempat tinggal yang
sangat sederhana dan memulai kehidupan barunya. Setiap hari, Jamilah mengirim
surat untuk Guru Kasim. Bahkan, Jamilah sesekali mengirim masakannya untuk
suaminya. Guru Kasim sangat merindukan istri dan anaknya. Setelah mendapat
surat terakhir dari Jamilah yang berisi rencana Jamilah dan Rakhul ke
Pontianak. Guru Kasim sangat senang mendengar kabar tersebut. Guru Kasim
menyiapkan semuanya untuk membuat Jamilah nyaman berada di Pontianak. Guru
Kasim menyewa sebuah rumah yang lebih luas dan membersihkannya sendiri. Bulan
puasa Guru Kasim merencanakan pergi ke Bukittinggi. Guru Kasim menunggu surat
dari Jamilah yang tak kunjung tiba. Suatu siang, Guru Kasim menerima telegram
yang berisi bahwa Jamilah sudah meninggal dunia.
Guru Kasim segera pulang ke Bukit tinggi
dengan kesedihan. Ia mencari tempat yang sunyi agar tidak ada orang yang bisa
menganggunya. Sesampainya di Bukit tinggi, Guru Kasim menemui Tiaman dan hendak
mengambil Syahrul. Guru Kasim bertengkar lagi dengan Tiaman. Mertuanya itu
beranggapan jika anak dipisahkan berarti memutuskan pertalian dengan saudara
dari istri. Guru Kasim dan Tiaman bersikeras mempertahankan pendapat mereka
masing-masing. Akhirnya Guru Kasim mengalah demi anak satu-satunya itu. Guru
Kasim merelakan Syahrul dan kembali ke Pontianak. Perceraian bapak dan anak itu
mengubah kehidupan Guru Kasim.
DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM
Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1932
Sinopsis
Suatu hari, Yasin, seorang pemuda yatim yang miskin secara kebetulan bertemu
dengan seorang gadis cantik, putri seorang bangsawan Palembang. Pada saat itu,
gadis cantik yang bernama Molek itu, sedang bersantai-santai di serambi
rumahnya yang mewah di dekat sungai. Rupanya si cantik itu jatuh cinta pada
pandangan pertama kepada Yasin. Demikian pula halnya dengan Yasin. Namun,
hubungan cinta mereka tidak mungkin dapat diwujudkan sebab perbedaan status
sosial yang mencolok antara keduanya.
Baik Yasin maupun Molek sama-sama menyadari akan kenyataan itu, namun cinta kasih mereka yang selalu bergejolak itu mengabaikan kenyataan itu. Itulah sebabnya cinta mereka dilangsungkan melalui surat. Semua kerinduan mereka tumbuh dalam kertas.
Pada suatu hari Yasin bertekad untuk mengakhiri hubungan cinta mereka yang selalu dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. Dia hendak melamar Molek secara terang-terangan. Kemuadian pemuda itu memberitahukan niatnya kepada ibunya dan seluruh kerabatnya. Keluarga Yasin pun berembuk dan dengan segala kesederhanaannya, mereka melamar Molek. Namun, maksud kedatangan mereka ditolak oleh keluarga Molek karena mereka berasal dari keluarga dusun yang miskin. Mereka bahkan menghina dan menyindir keluarga Yasin sehingga rombongan itu pulang dengan membawa segudang rasa malu dan kesal.
Tak lama kemudian keluarga Molek didatangi oleh Sayid, seorang saudagar tua keturunan Arab yang kaya raya. Lelaki tua itu bermaksud untuk melamar Molek. Orangtua Molek yang materialistis itu langsung memutuskan untuk menerima lamaran Sayid. Sekalipun Molek menolak lamaran itu, perkawinan antara keduanya pun tetap berlangsung. Kehidupan perkawinan mereka tidak membawa kebahagiaan bagi Molek karena ia tidak mencintai Sayid. Ia pun mengetahui kalau tujuan Sayid menikahinya hanyalah karena harta ayahnya saja. Selain itu, perlakuan Sayid terhadapnya pun sangat kasar. Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kegalauan, kesedihan, dan kerinduannya terhadap Yasin melalui surat-suratnya.
Ketika mengetahui pujaan hatinya hidup menderita dan juga karena kerinduannya yang semakin mendalam terhadap kekasihnya itu, Yasin mencoba menemui Molek di Palembang dengan menyamar sebagai seorang pedagang nanas. Namun pertemuan itu ternyata merupakan pertemuan terakhir mereka karena Molek yang sangat memendam kerinduan kepada Yasin itu akhirnya meninggal dunia.
Setelah kematian kekasihnya, Yasin kembali ke desanya. Tak lama kemudian, ibunya pun meninggal dunia. Semua musibah yang menimpanya membuat lelaki itu memilih hidup menyepi di lereng gunung Semeru dan ia pun meninggal di gunung itu.
Anak Perawan di Sarang Penyamun
Pengarang : Sutan
Takdir Alisjahbana
Penerbit :
Balai PustakaTahun Terbit : 1932
Seorang saudagar kaya raya yang bernama Haji Sahak hendak pergi berdagang ke Palembang. Dari Pagar Alam menuju Palembang, Haji Sahak membawa berpuluh-puluh kerbau dan beberapa macam barang dagangan lainnya. Istri dan anak perawannya juga ikut bersamanya.
Di tengah perjalanan, rombongan Haji Sahak dicegat segerombolan perampok yang
dipimpin oleh Medasing. Perampok ini sangat kejam. Haji Sahak, istrinya, Nyi
Hajjah Andun, serta rombongan
Haji Sahak lainnya dibunuh oleh gerombolan Medasing. Akan tetapi, Sayu, anak perawan Haji Sahak, tidak dibunuh. Dia dibawa ke sarang penyamun pimpinan Medasing.
Suatu hari, Samad, anak buah Medasing yang bertugas sebagai pengintai datang ke sarang penyamun dan meminta bagian hasil perampokan pada Medasing. Selama berada di sarang penyamun itu, dia jatuh hati pada Sayu yang memang sangat cantik. Secara diam-diam, dia berniat membawa Sayu lari dari sarang penyamun tersebut.
Dia pun membisikkan niatnya kepada Sayu secara diam-diam dan berjanji akan mengantarkan Sayu kepada orang tuanya.
Pada awalnya, Sayu terbujuk rayuan dan janji-janji Samad. Dia memutuskan untuk lari bersamanya. Akan tetapi, sebelum niatnya terlaksana, dia menangkap gelagat tidak baik pada diri Samad. Dia mulai ragu dan tidak percaya. Pada hari yang telah mereka sepakati, Sayu dengan tegas menolak ajakan Samad. Walaupun berat hati, dia tetap akan tinggal di sarang penyamun tersebut.
Setelah merampok saudagar Haji Sahak, perampokan kelompok Medasing selalu mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut karena Samad selalu membocorkan rahasia perampokan Medasing kepada saudagar-saudagar atau pedagang-pedagang kaya yang hendak dirampok oleh kelompok Medasing. Itulah sebabnya, setiap kali rnereka menyerang para pedagang atau saudagar yang lewat, mereka mendapat perlawanan yang luar biasa.
Para pedagang atau saudagar tersebut telah bersiap menunggu Medasing dan gerombolannya. Akibatnya, banyak anak buah Medasing yang terluka parah dan meninggal. Lama-kelamaan anak buah Medasing hanya tinggal seorang, yaitu Sanip. Betapa hancur hati Medasing menerima kenyataan pahit ini. Kepahitan itupun harus bertambah ketika dalam kenekatannya merampok untuk yang terakhir kali, Sanip, orang yang paling dia sayangi itu, meninggal dunia. Medasing sendiri terluka parah, namun berhasil menyelamatkan diri.
Setelah Sanip meninggal, di sarang penyamun itu hanya tinggal Sayu dan Medasing saja. Sewaktu Medasing terluka parah, Sayu merasa bingung. Di samping itu, persediaan makanan mereka semakin menipis.
Awalnya, Sayu merasa kasihan sekaligus takut kepada Medasing. Antara perasaan hendak menolong dengan perasaan takut pada Medasing berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Dia takut kepadanya sebab bagaimanapun, Medasing merupakan seorang pimpinan perampok yang kejam. Medasing sudah beberapa kali membunuh orang, termasuk membunuh kedua orangtuanya. Seluruh anak buah Medasing yang jumlahnya puluhan itu pun, tak seorang pun yang berani melawannya.
Akan tetapi, perasaan takut dan benci itu akhirnya terkalahkan oleh niatnya untuk menolong. Dia memberanikan diri mendekati Medasing. Dengan gemetar, dia mengobati Medasing. Mula-mula mereka berdua tidak banyak bicara. Sayu tidak berani berbicara sebab dia takut pada Medasing, sedangkan Medasing mempunyai karakter yang tidak banyak bicara. Dia hanya bicara tentang hal-hal yang penting saja. Namun lama-kelamaan, mereka berdua semakin akrab.
Berawal dari keakraban itu, Medasing akhirnya menceritakan pengalaman hidupnya. Dari cerita itu, jelaslah bahwa sebelum menjadi penyamun yang sangat ditakuti, Medasing bukanlah keturunan penyamun. Dia merupakan keturunan orang baik-baik.
Haji Sahak lainnya dibunuh oleh gerombolan Medasing. Akan tetapi, Sayu, anak perawan Haji Sahak, tidak dibunuh. Dia dibawa ke sarang penyamun pimpinan Medasing.
Suatu hari, Samad, anak buah Medasing yang bertugas sebagai pengintai datang ke sarang penyamun dan meminta bagian hasil perampokan pada Medasing. Selama berada di sarang penyamun itu, dia jatuh hati pada Sayu yang memang sangat cantik. Secara diam-diam, dia berniat membawa Sayu lari dari sarang penyamun tersebut.
Dia pun membisikkan niatnya kepada Sayu secara diam-diam dan berjanji akan mengantarkan Sayu kepada orang tuanya.
Pada awalnya, Sayu terbujuk rayuan dan janji-janji Samad. Dia memutuskan untuk lari bersamanya. Akan tetapi, sebelum niatnya terlaksana, dia menangkap gelagat tidak baik pada diri Samad. Dia mulai ragu dan tidak percaya. Pada hari yang telah mereka sepakati, Sayu dengan tegas menolak ajakan Samad. Walaupun berat hati, dia tetap akan tinggal di sarang penyamun tersebut.
Setelah merampok saudagar Haji Sahak, perampokan kelompok Medasing selalu mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut karena Samad selalu membocorkan rahasia perampokan Medasing kepada saudagar-saudagar atau pedagang-pedagang kaya yang hendak dirampok oleh kelompok Medasing. Itulah sebabnya, setiap kali rnereka menyerang para pedagang atau saudagar yang lewat, mereka mendapat perlawanan yang luar biasa.
Para pedagang atau saudagar tersebut telah bersiap menunggu Medasing dan gerombolannya. Akibatnya, banyak anak buah Medasing yang terluka parah dan meninggal. Lama-kelamaan anak buah Medasing hanya tinggal seorang, yaitu Sanip. Betapa hancur hati Medasing menerima kenyataan pahit ini. Kepahitan itupun harus bertambah ketika dalam kenekatannya merampok untuk yang terakhir kali, Sanip, orang yang paling dia sayangi itu, meninggal dunia. Medasing sendiri terluka parah, namun berhasil menyelamatkan diri.
Setelah Sanip meninggal, di sarang penyamun itu hanya tinggal Sayu dan Medasing saja. Sewaktu Medasing terluka parah, Sayu merasa bingung. Di samping itu, persediaan makanan mereka semakin menipis.
Awalnya, Sayu merasa kasihan sekaligus takut kepada Medasing. Antara perasaan hendak menolong dengan perasaan takut pada Medasing berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Dia takut kepadanya sebab bagaimanapun, Medasing merupakan seorang pimpinan perampok yang kejam. Medasing sudah beberapa kali membunuh orang, termasuk membunuh kedua orangtuanya. Seluruh anak buah Medasing yang jumlahnya puluhan itu pun, tak seorang pun yang berani melawannya.
Akan tetapi, perasaan takut dan benci itu akhirnya terkalahkan oleh niatnya untuk menolong. Dia memberanikan diri mendekati Medasing. Dengan gemetar, dia mengobati Medasing. Mula-mula mereka berdua tidak banyak bicara. Sayu tidak berani berbicara sebab dia takut pada Medasing, sedangkan Medasing mempunyai karakter yang tidak banyak bicara. Dia hanya bicara tentang hal-hal yang penting saja. Namun lama-kelamaan, mereka berdua semakin akrab.
Berawal dari keakraban itu, Medasing akhirnya menceritakan pengalaman hidupnya. Dari cerita itu, jelaslah bahwa sebelum menjadi penyamun yang sangat ditakuti, Medasing bukanlah keturunan penyamun. Dia merupakan keturunan orang baik-baik.
Mencari Pencuri Anak Perawan
Pengarang : Suman Hs
Tahun Terbit : 1923
Sir Joon adalah pemuda keturunan Portugis yang tinggal di
Bengkalis. Asalnya dari Singapura. Ia gemar bermain sepakbola. Dalam klubnya,
Sir Joon terkenal sebagai penjaga gawang yang cekatan dan banyak mengundang
simpatik.
Namun, secara sepihak pertunangannya dengan si Nona diputuskan Dago, ayah angkat si Nona. Dago memutuskan pertunangan anak angkatnya setelah menerima uang sogok dari Tairoo, orang Hindi. Akan tetapi si Nona sama sekali tidak menyukai Tairoo. Sir Joon tahu semua itu, maka dicarinya akal yang sebagus-bagusnya untuk merebut kembali kekasih yang dicintainya.
Setelah sekian lama berpikir, akhirnya Sir Joon menemukan cara yang bagus untuk melarikan si Nona. Pada suatu pertandingan sepakbola, Sir Joon pura-pura terkilir dan jatuh sehingga dibawa keluar lapangan. Semua orang mengira Sir Joon tak bisa berjalan dan akhirnya dibawa pulang. Malam harinya banyak kawan yang menjenguk. Tan, pembantunya dengan setia menjaga majikannya.
Malam itu, dengan diam-diam dan tanpa sepengetahuan siapapun Sir Joon keluar kamar. Dia pergi mendatangi rumah si Nona kemudian melarikannya. Sebelum dilarikan lebih jauh, si Nona dititipkan pada seorang kawan.
Hilangnya si Nona menggemparkan khalayak Bengkalis. Tak ada seorang pun yang menyangka kalau Sir Joon telah melarikan si Nona, sebab semua orang mengira Sir Joon tak bisa berjalan karena patah kakinya belum sembuh. Sir Joon hanya kawatir kepada Tan, pembantunya, kalau-kalau menceritakan kepada orang lain bahwa malam itu ia melihat orang seperti tuannya keluar halaman rumah tetapi ketika memeriksa ke kamar ia melihat tuannya terbaring di tempat tidur. Padahal apabila Tan tahu, yang diselimuti di atas tempat tidur itu adalah bantal belaka. Dengan cerdiknya Sir Joon mengelabui Tan sehingga cerita itu tidak sampai ke telinga orang lain.
Namun, secara sepihak pertunangannya dengan si Nona diputuskan Dago, ayah angkat si Nona. Dago memutuskan pertunangan anak angkatnya setelah menerima uang sogok dari Tairoo, orang Hindi. Akan tetapi si Nona sama sekali tidak menyukai Tairoo. Sir Joon tahu semua itu, maka dicarinya akal yang sebagus-bagusnya untuk merebut kembali kekasih yang dicintainya.
Setelah sekian lama berpikir, akhirnya Sir Joon menemukan cara yang bagus untuk melarikan si Nona. Pada suatu pertandingan sepakbola, Sir Joon pura-pura terkilir dan jatuh sehingga dibawa keluar lapangan. Semua orang mengira Sir Joon tak bisa berjalan dan akhirnya dibawa pulang. Malam harinya banyak kawan yang menjenguk. Tan, pembantunya dengan setia menjaga majikannya.
Malam itu, dengan diam-diam dan tanpa sepengetahuan siapapun Sir Joon keluar kamar. Dia pergi mendatangi rumah si Nona kemudian melarikannya. Sebelum dilarikan lebih jauh, si Nona dititipkan pada seorang kawan.
Hilangnya si Nona menggemparkan khalayak Bengkalis. Tak ada seorang pun yang menyangka kalau Sir Joon telah melarikan si Nona, sebab semua orang mengira Sir Joon tak bisa berjalan karena patah kakinya belum sembuh. Sir Joon hanya kawatir kepada Tan, pembantunya, kalau-kalau menceritakan kepada orang lain bahwa malam itu ia melihat orang seperti tuannya keluar halaman rumah tetapi ketika memeriksa ke kamar ia melihat tuannya terbaring di tempat tidur. Padahal apabila Tan tahu, yang diselimuti di atas tempat tidur itu adalah bantal belaka. Dengan cerdiknya Sir Joon mengelabui Tan sehingga cerita itu tidak sampai ke telinga orang lain.
Kasih Ibu
Pengarang : Paulus Supit
Penerbit :
Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1932
Sinopsis
Seorang wanita yang
hidup di daerah terpencil di Tomohon memiliki tiga orang anak, yaitu Corrie,
Emma, dan Rudolf. Suaminya telah lama meninggal, sehingga ia harus berfungsi
ganda, yaitu sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya.
Anak
pertamanya, Corrie, menuntut ilmu di Sekolah Guru di Ambon, sedangkan kedua
adiknya masih duduk di sekolah menengah di kampung mereka. Anaknya yang bungsu,
Rudolf, ingin mengikuti jejak kakaknya. Ia ingin menjadi guru seperti Corrie
sehingga bersikeras untuk mengikuti tes masuk ke normaalschool, sekalipun kondisi badannya buruk. Melihat kegigihan
anaknya, sang ibu mendorong semangatnya sehingga Rudolf pun semakin membulatkan
tekadnya untuk mengikuti tes tersebut. Pemuda itu berusaha menyiapkan dirinya
untuk menghadapi tes yang akan dilaksanakannya di Manado. Semangatnya sangat
menggebu-gebu sehingga ia melakukannya tanpa kenal lelah dan mengabaikan
kesehatannya. Akibatnya, ia pun jatuh sakit. Betapa sedih hati ibu melihat
kenyataan ini. Dalam hatinya ia hanya berdoa agar anaknya diberi kekuatan untuk
menjalankan tes yang akan dilaksanakannya di Manado. Ketika kakaknya yang baru
lulus dari sekolah guru itu pulang ke kampung halamannya, Rudolf merasa senang
sehingga semangat untuk sembuh pun semakin timbul dari dalam dirinya. Setelah
ia dinyatakan lulus, kesehatan pemuda itu berangsur pulih. Ia sangat gembira
sekali. Namun, kegembiraannya tidak berlangsung lama karena ia harus mengikuti
tes kesehatan. Ia tidak yakin dalam tes kesehatan karena badannya yang sangat
kurus apalagi setelah ia menderita sakit. Dengan peerasaan pesimis, ia
mengikuti tes itu. Rupanya nasib baik berada dalam dirinya. Ia pun dinyatakan
lulus meskipun ia harus berobat selama seminggu.
Seluruh anggota
keluarga merasa bersyukur atas kelulusan itu. Ibunya berpesan agar Rudolf tidak
menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia merasa bangga karena jerih payahnya
selama ini dalam mendidik anak-anaknya tidaklah sia-sia.
Kalau Tak Untung
Pengarang : Selasih
Penerbit : Balai Pustaka
Sinopsis
Rasmani dan
Masrul adalah dua orang sahabat karib. Persahabatan yang dimulai sejak mereka
masih duduk di sekolah dasar itu menimbulkan perasaan lain pada diri Rasmani.
Diam-diam ia mencintai pemuda yang begitu menyayangi dan memanjakannya, yang
menganggapnya sebagai seorang adik.
Ketika Masrul
pindah ke Painan untuk bekerja, Rasmani dengan berat hati melepaskannya.
Walaupun demikian, mereka berdua rutin berkirim surat. Tapi surat pertama yang
diterima Rasmani dari Masrul membuatnya tak percaya. Surat tersebut berisi
bahwa Masrul harus menikah dengan Aminah,anak mamaknya. Masrul tidak dapat
menolak, karena itu adalah kemauan dari ibunya. Rasmani pun menerima sikap
Masrul walaupun dengan menahan perasaan yang sakit.
Di perantauan,
Masrul mendapat tawaran dari Guru Kepalanya untuk menikahi anaknya, Muslina.
Karena segan, Masrul tidak dapat menolaknya. Keputusan Masrul membuat kaum
kerabatnya kecewa dan marah besar, begitu juga dengan Rasmani. Kehidupan rumah
tangga Masrul dan Muslina yang sudah membuahkan seorang anak ternyata tidak
berjalan serasi, sering terjadi percekcokan. Hal itu disebabkan tidak
dihargainya Masrul sebagai suami. Akibatnya, Masrul sering mabuk-mabukan dan
tidak pulang ke rumah. Akhirnya mereka bercerai.
Sementara itu,
Rasmani yang sudah berkeinginan tidak menikah,bertambah hancur hatinya. Ia
tidak bisa melawan rasa cintanya pada Masrul dan juga berat mengizinkan Masrul
menikah dengan Muslina. Hal ini ditambah dengan pernyataan surat Masrul yang
mengatakan bahwa hidupnya tidak beruntung dan sebenarnya ia mencintai Rasmani.
Api yang telah hampir padam, mulai kembali memperlihatkan cahanya, menyala
makin besar, makin besar.
Kenyataan yang
tidak diduga Rasmani dan keluarganya adalah ketika Masrul datang ke rumah
Rasmani,di Bukittinggi. Beberapa waktu kemudian Masrul ingin melamar Rasmani,
namun sebelumnya ia ingin mencari pekerjaan di Medan. Sampai beberapa bulan
Masrul belum mendapat pekerjaan dan ia tak pernah mengirim kabar kepada
Rasmani. Sekalinya ia mengirim surat, ia menyuruh Rasmani untuk tidak usah
menunggunya. Keputusan Masrul itu membuat Rasmani jatuh sakit.
Kedatangan
Dalipah,kakaknya membuat Rasmani hampir sembuh. Akan tetapi, datang surat dari
Masrul yang mengabarkan ia sudah mendapat pekerjaan dan akan segera menikahi
Rasmani. Kabar baik itu semakin mengejutkan Rasmani dan lebih merusak jantungnya.
Rasmani akhirnya meninggal tanpa disaksikan Masrul yang datang terlambat.
Pertemuan Jodoh
Pengarang :
Abdul Moies
Penerbit :
Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1932
Ratna, berkenalan dengan pemuda bernama Suparta di kereta, dalam perjalanan
dari Jakarta ke Bandung. Perkenalan Ratna dan Suparta cukup berkesan bagi
sepasang anak muda itu. Selanjutnya mereka sepakat untuk melanjutkan hubungan
lewat surat.Beberapa bulan kemudian, Suparta mengutarakan keinginannya untuk memperistri
Ratna. Kemudian Ratna membalasnya dan menyambut baik niat Suparta.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Sambutan Ibu Suparta ternyata tidak begitu ramah. Ratna kecewa terhadap sikap Nyai Raden Tedja Ningrum yang memandangnya dengan sinis, Setelah kejadian itu, Ratna bertekad untuk melupakan Suparta. Berita pertunangan Suparta dengan Nyai Raden Siti Halimah tidak membuatnya putus asa. Namun kemalangan lain terpaksa harus ia terima. Usaha pembakaran kapur milik ayahnya, Tuan Atmaja, bangkrut. Akibatnya Ratna memutuskan untuk keluar dari sekolahnya karena tidak ada biaya.Ia pun kemudian berusaha mencari pekerjaan. Namun baru empat bulan ia bekerja, toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan. Akhirnya ia menjadi pembantu Tuan dan Nyonya Kornel.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Selama Ratna menjadi pembantu keluarga Kornel, berbagai cobaan harus diterimanya dengan tabah. Kehadirannya dalam keluarga itu tidak luput dari rasa iri Jene, pembantu yang juga bekerja pada keluarga Kornel. Suatu ketika Ratna sakit dan dirawat di Rumah sakit, Secara kebetulan dokter yang merawat Ratna adalah Suparta. Pertemuan itu tentu saja membesarkan hati keduanya. Keyakinan Suparta bahwa Ratna tidak bersalah, ikut mempercepat kesembuhan wanita muda itu. Untuk memulihkan nama baik Ratna, Suparta menyiapkan seorang pengacara terkenal untuk mendampingi gadis pujaannya di pengadilan, karena Ratna masih harus berurusan dengan penegak hukum.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Di pengadilan, terbukti bahwa Ratna tidak bersalah. Pencuri perhiasan Nyonya Kornel ternyata adalah Amat, kekasih Jene. Pembantu keluarga Kornel yang bernama Jene itu diduga diperalat oleh kekasihnya. Pengadilan juga memutuskan bahwa Amat bersalah dan diganjar 5 tahun penjara. Sementara itu, Jene tidak dikenakan hukuman walaupun sebenarnya harus dituntut.
Sidang pengadilan juga telah mempertemukan Ratna dengan Sudarma, adiknya, schatter pegadaian Purwakarta yang bertindak sebagai saksi pertama. Lalu atas kesepakatan Suparta dan Sudarma, Ratna disuruh beristirahat di sebuah paviliun “Bidara Cina”. Gadis itu tidak diizinkan bertemu dengan sembarang orang, kecuali Suparta yang setiap sore datang memeriksa kesehatannya. Lambat laun, kesehatan Ratna mulai pulih. Ia juga mulai dapat mengingat-ingat segala sesuatunya termasuk hubungannya dengan Suparta.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Begitu Ratna meninggalkan tempat peristirahatannya, Suparta langsung melamarnya. Tuan Atmadja sekeluarga berkumpul di rumah Sudarma menyelenggarakan pesta perkawinan anaknya dengan Dokter Suparta. Kebahagiaan pengantin baru itu bertambah lagi ketika mereka pulang ke Tagogapu. Rumah ayah Ratna kini lebih besar dibandingkan sebelumnya. Keadaan Tuan Atmaja sekarang sudah lebih baik berkat bantuan kedua anaknya.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Sambutan Ibu Suparta ternyata tidak begitu ramah. Ratna kecewa terhadap sikap Nyai Raden Tedja Ningrum yang memandangnya dengan sinis, Setelah kejadian itu, Ratna bertekad untuk melupakan Suparta. Berita pertunangan Suparta dengan Nyai Raden Siti Halimah tidak membuatnya putus asa. Namun kemalangan lain terpaksa harus ia terima. Usaha pembakaran kapur milik ayahnya, Tuan Atmaja, bangkrut. Akibatnya Ratna memutuskan untuk keluar dari sekolahnya karena tidak ada biaya.Ia pun kemudian berusaha mencari pekerjaan. Namun baru empat bulan ia bekerja, toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan. Akhirnya ia menjadi pembantu Tuan dan Nyonya Kornel.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Selama Ratna menjadi pembantu keluarga Kornel, berbagai cobaan harus diterimanya dengan tabah. Kehadirannya dalam keluarga itu tidak luput dari rasa iri Jene, pembantu yang juga bekerja pada keluarga Kornel. Suatu ketika Ratna sakit dan dirawat di Rumah sakit, Secara kebetulan dokter yang merawat Ratna adalah Suparta. Pertemuan itu tentu saja membesarkan hati keduanya. Keyakinan Suparta bahwa Ratna tidak bersalah, ikut mempercepat kesembuhan wanita muda itu. Untuk memulihkan nama baik Ratna, Suparta menyiapkan seorang pengacara terkenal untuk mendampingi gadis pujaannya di pengadilan, karena Ratna masih harus berurusan dengan penegak hukum.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Di pengadilan, terbukti bahwa Ratna tidak bersalah. Pencuri perhiasan Nyonya Kornel ternyata adalah Amat, kekasih Jene. Pembantu keluarga Kornel yang bernama Jene itu diduga diperalat oleh kekasihnya. Pengadilan juga memutuskan bahwa Amat bersalah dan diganjar 5 tahun penjara. Sementara itu, Jene tidak dikenakan hukuman walaupun sebenarnya harus dituntut.
Sidang pengadilan juga telah mempertemukan Ratna dengan Sudarma, adiknya, schatter pegadaian Purwakarta yang bertindak sebagai saksi pertama. Lalu atas kesepakatan Suparta dan Sudarma, Ratna disuruh beristirahat di sebuah paviliun “Bidara Cina”. Gadis itu tidak diizinkan bertemu dengan sembarang orang, kecuali Suparta yang setiap sore datang memeriksa kesehatannya. Lambat laun, kesehatan Ratna mulai pulih. Ia juga mulai dapat mengingat-ingat segala sesuatunya termasuk hubungannya dengan Suparta.
Sinopsis Novel Pertemuan Jodoh
Begitu Ratna meninggalkan tempat peristirahatannya, Suparta langsung melamarnya. Tuan Atmadja sekeluarga berkumpul di rumah Sudarma menyelenggarakan pesta perkawinan anaknya dengan Dokter Suparta. Kebahagiaan pengantin baru itu bertambah lagi ketika mereka pulang ke Tagogapu. Rumah ayah Ratna kini lebih besar dibandingkan sebelumnya. Keadaan Tuan Atmaja sekarang sudah lebih baik berkat bantuan kedua anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar