Sejarah Qarun
Qarun adalah bangsa Israil sebagaimana nabi Musa. Sejumlah penafsir al
Qur’an mengatakan ia adalah sepupu nabi Musa. Sebagian yang lain
menyebutnya paman nabi Musa. Tetapi, di dalam al Qur’an memang hanya
disebut sebagai ’kaum Musa’. Tidak begitu jelas apakah ia paman ataukah
sepupu.
Qarun
hidup di zaman Firaun Ramses II sebagaimana juga Musa. Meskipun Qarun
mengaku mengikuti agama Musa, ia justru sangat dekat dengan Ramses II
yang memusuhi Rasul Allah itu. Bahkan ia memperoleh penghasilan besar
dari posisinya yang mendua. Ramses memanfaatkan Qarun untuk menjadi
mata-mata dan pengendali Bani Israil agar tidak berbuat macam-macam yang
bisa membahayakan kedudukan Firaun.
Sebagaimana
kita ketahui, Bani Israil adalah bangsa pendatang di negeri Mesir.
Mereka datang ke negeri Firaun ini pada zaman nabi Yusuf, di sekitar
abad 17 SM. Mereka memperoleh izin tinggal di Mesir karena penguasa saat
itu adalah bangsa Hyksos yang secara emosional dekat dengan penduduk
Palestina, Bani Israil. Namun, seiring dengan jatuhnya kekuasaan Hyksos
ke tangan Firaun lagi di zaman New Kingdom, bangsa Israil menjadi
bangsa kelas dua yang sering dianiaya oleh Firaun. Mereka banyak yang
dijadikan budak, dan dijadikan sebagai ’pekerja paksa’ untuk membangun
proyek-proyek Firaun. Sampai kelak dibebaskan oleh nabi Musa, dengan
cara eksodus ke palestina kembali.
Qarun
memainkan peran sebagai orang munafik, yang bekerja untuk kepentingan
Ramses II. Karena itu sebagian besar kaumnya sangat membenci dia.
Tetapi, dia memiliki harta berlimpah ruah karenanya. Dan memiliki
sejumlah pengikut yang sesama penjilat kekuasaan. Kekayaan Qarun
digambarkan sangat fantastis, dan sering melakukan pamer kekayaan kepada
kaumnya yang miskin.
Musa
tak bosan-bosannya mengingatkan Qarun, agar ia membagikan sebagian
kekayaannya kepada kaumnya dalam bentuk zakat. Bukan malah pamer
kekayaan seperti itu. Tetapi, kesombongan Qarun semakin menjadi-jadi. Ia
kumpulkan seluruh harta bendanya, dan diaraknya keliling kota Fayoum.
Ia kerahkan puluhan kuda dan unta, serta ratusan laki-laki dan
perempuan, semata-mata untuk pamer kekayaan.
Maka,
Allah pun memberikan pelajaran dengan menghancurkan kekayaannya itu di
depan mata penduduk Fayoum. Istananya ditenggelamkan ke dalam perut bumi
beserta segala isinya. Tanpa bekas, kecuali nama perkampungan Qarun,
danau Qarun dan Qasr Qarun. Mengenai Qasr Qarun atau Istana Qarun,
terjadi pro kontra. Saya juga sempat menelusurinya.
Kami
sempat mendatangi sebuah reruntuhan bangunan yang disebut-sebut sebagai
istana Qarun itu. Lokasinya ada di dekat pemukiman penduduk desa Qarun.
Kini sedang digali kembali oleh pemerintah bekerjasama dengan sejumlah
arkeolog mancanegara. Tetapi, sejauh yang saya telusuri, gedung bergaya
romawi itu bukan istana Qarun. Melainkan kuil peribadatan di zaman
Yunani-Romawi. Kuil ini dipersembahkan kepada Dewa Sobek alias Dewa
Buaya yang menghuni danau Qarun. Karena itu, di dalamnya ada patung
manusia berkepala buaya sebagai ikon utamanya.
kawasan danau Qarun dan Fayoum yang subur, memang pernah menjadi lumbung makanan bagi bangsa Romawi ketika menduduki Mesir. Mereka
membangun markas tentara, permukiman, dan kuil-kuil disana. Bahkan juga
villa-villa di pinggiran danau Qarun itu. Tetapi seiring dengan
runtuhnya kekuasaan Romawi di Mesir, kawasan itu mengalami keruntuhan
juga. Sebagiannya masih tertinggal dalam bentuk reruntuhan, termasuk
kuil Dewa Sobek yang dikira sebagai istana Qarun.
Sedangkan
istana Qarun yang sesungguhnya berada di tepian danau, kini sudah tidak
ada bekasnya lagi, karena ditenggelamkan oleh Allah, sebagaimana
diceritakan dalam al Qur’an. ’’Maka Kami benamkanlah Qarun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (diri)’’. [QS.28: 81]
KISAH QARUN PART I
Qarun adalah sepupu Nabi Musa AS. Ia dikenal sebagai seorang hartawan
di Mesir,berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi
(Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya
Musa kepada Fir’aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang
sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi
lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat
berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun
diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih
kewalahan.
Qarun mempergunakan harta ini
dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal
ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan
Bani Israil. Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil
terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan
lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak
terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya.
Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta
berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan
kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua
adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah
kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan
untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun
merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka
berangan-angan ingin bernasib seperti itu.
Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu
membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang
mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas
sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya
dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu
adalah harta Allah, ia justru menolak. Allah
SWT memberikan anugerah nikmat kepada Qarun berupa limpahan harta
kekayaan. Tetapi, Qarun mengingkari nikmat ini. Dia berkata, ”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS Alqashas [28]: 78).
Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan bencana sebagai hukuman untuknya sekaligus sebagai pelajaran bagi yang lain. ”Maka,
kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada
suatu golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah.” (QS Al Qashas [28]: 81).
Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta dunia, dan sombong. Allah SWT berfirman, ”Dan
sesungguhnya Musa telah datang kepada mereka (Qarun, Fir’aun, dan
Haman) dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi
mereka berlaku sombong di muka bumi, maka tidaklah mereka luput dari
kehancuran.” (QS Al-’Ankabut [29]: 39).
Kisah Qarun pun sekaligus mengajarkan kita arti penting sifat bersyukur.
Allah SWT melalui syariat yang dibawa Muhammad SAW mengajarkan kita
bagaimana cara menghindari karakter Qarun dengan berbagai cara. Di
antaranya adalah dengan membelanjakan harta di jalan-Nya seperti
sedekah, zakat, infak, dan wakaf.
Dalam Alquran, Allah SWT menjanjikan, ”Perumpamaan orang-orang yang
menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah
Mahaluas lagi Maha penyayang.” (QS Albaqarah [02]: 261).
Islam memberikan rambu-rambu bagi manusia supaya tidak tersesat seperti
Qarun. Karenanya, Allah SWT mengingatkan bahwa hendaklah kita bersyukur
atas limpahan nikmat kekayaan itu. Inilah yang tidak dilakukan Qarun
sehingga Allah SWT menimpakan bencana terhadapnya.
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7). Bila sudah begitu,
apakah masih bernilai harganya? Adakah kekayaan akan bisa
menyelamatkannya? Wallahu a’lam bish-shawab.
Danau Qarun, Bukti Jejak Sejarah
Danau
Qorun tidak terlalu jauh dari Istana Qarun, tepatnya di tepi jalan
menuju Kairo, nampak sebuah danau yang tenang. Danau tersebut adalah
Danau Qarun (Bahirah Qarun). Di danau inilah Qarun dan seluruh
kekayaannya ditenggelamkan oleh Allah ke dalam tanah. Danau ini kini
menjadi saksi sejarah, bahwa dahulu kala Qarun pernah berkuasa di sana
sekaligus menjadi tempat ditenggelamkannya oleh Allah ke dalam tanah.
Danau Qarun saat ini, panjangnya kurang lebih 30 KM, lebarnya sekitar 10 KM dan dalamnya antara 30-40 meter.
Danau ini sebenarnya sudah ada sejak dahulu, sebelum Qarun ada.
Dahulunya, menurut catatan DR. Rusydi al-Badrawy dalam bukunya
Qashashaul Anbiya wat Tarikh, merupakan sebuah danau kecil yang disebut
dengan Munkhafadh al-Laahun. Ketika Qarun menjadi menteri, ia pernah
meminta idzin kepada Fir’aun untuk membangun sebuah istana dan gudang
kekayaannya di Kairo, Memphis dan sekitarnya. Namun, Fir’aun tidak
mengijinkannya apabila ia membangun istana di Memphis atau sekitarnya,
karena takut merasa tersaingi.
Saat itu, memang tempat yang ramai baru dua saja, Memphis (Kairo dan
sekitarnya) dan Jasun (di Luqshar atau Sinai). Qarun tidak mungkin
membangun di Jasun, karena Jasun menjadi perkampungan orang-orang Bani
Israil yang sangat susah.
Qarun lalu melirik al-Fayyum, karena di samping subur, juga terdapat
danau kecil. Qarun lalu membangun rumah, istanan dan gudang kekayaannya
di sebelah timur danau tersebut. Dan sejak ditenggelamkannya Qarun dan
seluruh kekayaannya di danau tersebut, maka sejak itu pula danau
tersebut berubah nama menjadi Danau Qarun (Bahirah Qarun atau Birkat
Qarun). Dan sejak itu pula, danau yang tadinya kecil dan sempit menjadi
bertambah luas dan lebar.
Kisah Qarun Hanya dalam Al Qur’an
Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam
surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam
surah al-Mu’min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan
singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,
Fir’aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.
Maka masing-masing
(mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada
yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada
yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang
Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (al-`Ankabut:
39-40). Penyebutan dalam surah al-Mu’min (Ghafir) pada kisah pengutusan
Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya.”Dan sesungguhnya
telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang
nyata, kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia)
adalah seorang ahli sihir yang pendusta.’” (al-Mu’min:23-24)
Yang menarik perhatian, kisah Qarun ini tidak disebutkan dalam Taurat
juga dalam Injil. Ia hanya dijelaskan dalam al-Qur’an saja. Menurut para
ahli sejarah, tidak dicantumkannya Qarun dalam Taurat, karena kisah
Qarun merupakan tamparan (nuqtah saudaa) bagi orang-orang Yahudi.
Bagaimana tidak, Qarun adalah termasuk nenek moyang mereka, akan tetapi
sangat jahat dan termasuk yang menindas orang-orang Yahudi sendiri.
Untuk itu, mereka membuang kisah Qarun ini dan tidak mencantumkannya.
Menurut catatan DR. Rusydi al-Badrawy, dahulu pernah ada ahli Geologi
dari Eropa, Barat yang meneliti danau Qarun ini, apakah betul dahulu
kala telah terjadi gempa atau terbelah sebagaimana diceritakan oleh
al-Qur’an. Setelah dikaji, mereka bereksimpulan dengan sangat
meyakinkan, bahwa betul di danau tersebut pada waktu sangat dahulu kala,
telah terjadi kejadian gempa sangat besar, terutama di bagian sebelah
selatan danau dimaksud. Ini membuktikan, ksiah Qarun memang terjadi di
danau tersebut.
Danau Qarun ini, kini nampak tenang. Meski di balik itu menyimpan sebuah
pelajaran sangat berarti, bahwa siapapun yang sombong, kikir dan pongah
maka akan binasa dan musnah sebagaimana yang menimpa Qarun.
KISAH QARUN PART II
Pada zaman Nabi Musa ada seorang umatnya yang sangat miskin. Namun, dia sanagt rajin beribadah. Dia bernama Qarun. Dia termasuk orang beriman yang disayangi Musa. Hidup
Qarun sangatlah sederhana, dkadang-kadang dia tidak punya makanan dan
pakaian. Dia pun merasa bosan dengan kemiskinan yang membelitnya.
Suatu hari Qarun mendatangi Musa. Dia mengadukan nasibnya yang malang.
“Hai Musa, mohonkanlah kepada Tuhanmu agar aku tidak dililit kemiskinan,” ucap Qarun dengan nada memohon.
“Baiklah, aku akan berdoa kepada Alalh, “ucap Musa.
Qarun pulang dengan hati lapang. Dia yakin Allah akan mengabulkan doa Musa.
Musa pun berdoa kepada Allah. Dan Allah pun mengabulkan doanya. Qarun
menjadi orang kaya. Malah menjadi sangat kaya. Hartanya sangat banyak.
Gudang-gudang rumahnya berisi emas perak yang berlimpah. Dia memiliki
beribu-ribu gudang harta. Sampai-sampai para pegawainya harus memikul kunci-kunci gudang hartanya tersebut.
Musa
yang mendengar bahwa Qarun telah menjadi orang kaya segera mendatangi
Qarun. Musa akan menagih janji kepada Qarun agar menyedekahkan sebagian
hartanya kepada orang yang miskin.
Qarun
yang telah menjadi orangkaya berubah menjadi orang yang sombong. Dia
tidak mau menyedekahkan hartanya. Ketika Nabi Musa mendatanginya, dia
menghadapinya dengan wajah congkak dan sombong.
“Hai,
Qarun, janganlah engkau terlalu bangga karena hartamu karena semua itu
milik Allah. Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi ini,” ucap
Musa yang sudah tidak sabar dengan kesombongan Qarun.
“Enak
saja engkau bicara, aku mendapatkan harta ini karena kerja kerasku. Aku
tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk orang lain.” Ucap Qarun lagi.
“Qarun bertobatlah sebelum siksa Allah datang.”
“Tidak akan ada yang bisa menyiksaku. Hartaku banyak, aku juga punya banyak penjaga yang akan melindungiku,” ucap Qarun lagi.
“Ingatlah Qarun, siksa Allah akan datang,” ucap Musa sambil pergi meninggalkan Qarun.
Malam
itu qarun tidak dapat tidur. Di telinganya terngiang-ngiang ucapan
Musa. Namun semuany sudah terlmabat karena siksa Allah sudah ada di
depan mata. Tanpa sempat diamenarik napas, bumi berguncang. Tiba-tiba,
semua yang miliknya tenggelam di telan bumi. Begitu juga dengan Qarun yang ikut tenggelam bersama harta miliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar